Penelitian ini berfokus pada fenomena burnout yang dialami oleh kepala sekolah swasta di Indonesia, khususnya dalam konteks perubahan yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19. Fenomena burnout telah diakui sebagai respon terhadap akumulasi stres yang berkepanjangan dalam pekerjaan, ditandai dengan kelelahan fisik dan mental, sikap negatif terhadap pekerjaan, serta penurunan produktivitas. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi interpretif untuk menggali pengalaman nyata kepala sekolah dalam menghadapi burnout, dengan melibatkan 12 informan dari berbagai jenjang pendidikan di sekolah swasta di Jakarta, Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, dan Jawa Timur. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah menghadapi berbagai tuntutan dan peran yang harus dikelola, yang berasal dari interaksi sosial dengan beragam pemangku kepentingan. Ketidakmampuan mengelola peran-peran ini memicu konflik kepentingan dan meningkatkan risiko terjadinya burnout. Burnout, pada gilirannya, berdampak negatif pada persepsi kepala sekolah terhadap pekerjaan mereka, meningkatkan kelelahan mental dan fisik, serta menurunkan kinerja mereka. Penelitian ini juga menemukan bahwa sumber daya yang dimiliki oleh kepala sekolah, baik yang berasal dari diri sendiri, lingkungan kerja, maupun yayasan pendidikan, memainkan peran penting dalam menghadapi dan mencegah burnout. Penelitian ini memberikan perspektif baru tentang dinamika burnout pada kepala sekolah swasta dan menekankan pentingnya lingkungan kerja yang kondusif dan dukungan dari yayasan pendidikan untuk mengurangi risiko burnout dan meningkatkan efektivitas kepemimpinan kepala sekolah.