Tradisi Brobosan adalah ritual dalam tradisi kematian masyarakat Jawa yang dilakukan sebelum jenazah dibawa ke pemakaman. Keluarga mengelilingi jenazah tiga kali sambil berdoa sebagai penghormatan terakhir, ungkapan terima kasih atas jasa almarhum, dan permohonan ampun atas kesalahan almarhum selama hidupnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma interpretif dan metode etnografi untuk memahami makna nilai penghormatan dalam tradisi Brobosan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semi terstruktur dengan pemimpin tradisi, pakar budaya Jawa, dan anggota keluarga yang melaksanakan tradisi, serta observasi non partisipan di Yogyakarta. Analisis data menggunakan model Miles & Huberman yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tradisi Brobosan merupakan manifestasi komunikasi budaya keluarga yang menciptakan ruang komunikasi spiritual yang mendalam. Ritual ini tidak hanya berfungsi sebagai bentuk penghormatan terakhir, tetapi juga sebagai media untuk memperkuat ikatan keluarga dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada generasi berikutnya. Meskipun menghadapi tantangan modernisasi, tradisi ini tetap dilestarikan sebagai bagian penting dari identitas budaya Jawa yang diwariskan secara turun-temurun, mencerminkan nilai-nilai spiritual dan sosial yang mengakui kematian sebagai bagian dari siklus kehidupan. / The Brobosan tradition is a ritual in the Javanese death ceremony that is carried out before the body is taken to the cemetery. The family surrounds the body three times while praying as a final respect, an expression of gratitude for the deceased's services, and a request for forgiveness for the deceased's mistakes during his life. This study employs a qualitative approach with an interpretive paradigm and ethnographic method to explore the value of respect in the Brobosan tradition. Data was collected through semi-structured interviews with the ceremony leader, Javanese cultural experts, and family members, along with non-participant observation in Yogyakarta. Data analysis followed the Miles & Huberman model, including data reduction, presentation, and conclusion drawing. The study reveals that the Brobosan Ceremony is a profound expression of cultural communication within Javanese families, offering a unique space for spiritual reflection. This ritual serves as a final gesture of respect for the deceased while strengthening family bonds and passing on cultural values. Despite modernization, the Brobosan tradition remains preserved as a crucial element of Javanese identity. It embodies spiritual and social values, acknowledging death as a respected part of the life cycle.