Pola makan vegetarian semakin populer karena manfaatnya bagi kesehatan dan lingkungan. Namun, pola makan ini juga dikaitkan dengan risiko defisiensi vitamin, termasuk vitamin B12, yang berperan penting dalam fungsi otak dan emosi. Defisiensi ini dapat meningkatkan risiko gejala depresi. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara diet vegetarian dan gejala depresi pada mahasiswa Universitas Pelita Harapan dengan desain studi potong lintang pada 283 responden. Gejala depresi diukur menggunakan PHQ-9, sementara data vegetarian diperoleh dari adaptasi FFQ. Hasil menunjukkan mayoritas responden mengalami gejala depresi (77%) dan tidak menjalani diet vegetarian (77,7%), dengan hubungan yang tidak signifikan (p=0,866, OR 0,941). Penelitian menyimpulkan tidak ada hubungan signifikan antara diet vegetarian dan gejala depresi./The vegetarian diet is widely recognized for its health benefits and environmental advantages. However, it may increase the risk of depressive symptoms due to potential nutrient deficiencies, particularly vitamin B12, which is crucial for the pallidum's role in regulating behavior and emotions. This study investigated the relationship between vegetarian diets and depressive symptoms among undergraduate students at Pelita Harapan University. Using a cross-sectional design, 283 students were assessed with the PHQ-9 for depression and an adapted FFQ for dietary habits. Results showed 77.0% experienced depressive symptoms, and 77.7% were non-vegetarians. No significant association was found (p = 0.866, OR = 0.941).