Cultural views on masculinity often emphasize independence, strength, and emotional control, which can affect one's attitude toward seeking mental health support. This study aims to examine the role of masculinity in shaping self-stigma toward mental health help-seeking among young adult men in Indonesia, where cultural expectations around masculinity frequently emphasize strength, emotional restraint, and self-reliance. This quantitative study involved 164 male participants aged 18-25, using the Male Role Norms Scale (MRNS) to assess masculinity levels and the Self-Stigma of Seeking Help Scale (SSOSH) to measure self-stigma levels. Data were analyzed using linear regression to test the influence between the two variables. Results showed a significant positive correlation between masculinity and self-stigma, with regression analysis indicating that masculinity could explain 9.7% of the variation in self-stigma scores (R2 = 0.097, p < 0.001). Additionally, demographic factors such as prior experience with mental health services and age did not significantly influence self-stigma levels. These findings suggest that internalized masculine norms contribute to increased self-stigma toward help-seeking, highlighting the importance of addressing masculine role norms to reduce self-stigma and encourage acceptance of mental health support among men in Indonesia. / Pandangan budaya terhadap maskulinitas sering kali menekankan kemandirian, kekuatan, dan pengendalian emosi, yang dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap pencarian professional kesehatan mental. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran maskulinitas dalam membentuk stigma diri terhadap pencarian bantuan kesehatan mental di kalangan laki-laki dewasa muda di Indonesia, dimana ekspektasi budaya terhadap maskulinitas sering menekankan tentang kekuatan, pengendalian emosi, dan kemandirian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang melibatkan 164 partisipan laki-laki berusia 18-25 tahun, menggunakan Male Role Norms Scale (MRNS) untuk menilai tingkat paham maskulinitas dan Self-Stigma of Seeking Help Scale (SSOSH) untuk mengukur tingkat stigma diri. Data dianalisis menggunakan analisis regresi linear untuk menguji pengaruh antara kedua variabel. Hasil menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara maskulinitas dengan stigma diri, dengan analisis regresi yang mencatat bahwa maskulinitas dapat menjelaskan 9.7% variasi dalam skor stigma diri (R2 = 0.097, p < 0.001). Selain itu, faktor demografis seperti pengalaman kontak dengan layanan professional kesehatan mental dan usia, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat stigma diri. Temuan ini mengindikasikan bahwa norma maskulinitas yang terinternalisasi turut berperan dalam memperkuat stigma diri terhadap pencarian bantuan, sehingga penting untuk menangani norma peran maskulinitas untuk mengurangi stigma diri dan mendorong penerimaan terhadap dukungan kesehatan mental di kalangan laki-laki di Indonesia.