Media sosial telah menjadi alat utama dalam membentuk pemahaman kesehatan mental di kalangan Generasi Z. Kesehatan mental, sebagai bagian integral dari kesehatan manusia, mencakup kemampuan individu untuk mengelola stres, menjaga hubungan sosial, dan menjalani kehidupan produktif. Namun, di Indonesia, kesehatan mental masih sering dianggap tabu, terutama oleh generasi yang lebih tua. Data menunjukkan bahwa pada 2015, sekitar 17 juta orang di Indonesia mengalami gangguan mental, dan pada 2018, jumlah tersebut meningkat menjadi 19 juta, dengan lebih dari 12 juta mengalami depresi. Stigma dan kurangnya akses informasi mempersulit pencarian bantuan kesehatan mental. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dengan pendekatan kualitatif. Data primer dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan pengamatan lapangan dari 16 narasumber yang mencakup Generasi Z, milenial, Generasi X, dan Babyboomers. Generasi Z menjadi fokus utama penelitian ini, sementara generasi lainnya menjadi pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Generasi Z secara aktif memanfaatkan media sosial seperti TikTok, Instagram, dan Twitter untuk mendapatkan informasi edukatif, membangun komunitas pendukung, dan berdiskusi tentang kesehatan mental. Algoritma platform media sosial membantu menyediakan konten yang relevan dan personal. Namun, risiko seperti misinformasi dan self-diagnosis tetap menjadi tantangan yang signifikan. Media sosial terbukti mampu meningkatkan kesadaran kesehatan mental di kalangan Generasi Z, mengurangi stigma, dan menyediakan ruang untuk berbagi pengalaman. Akan tetapi, keterbatasan ekonomi, pendidikan, dan literasi digital masih menjadi hambatan. Penelitian ini menyarankan perlunya literasi media yang lebih baik dan strategi komunikasi berbasis budaya untuk mendukung pemahaman yang lebih baik tentang kesehatan mental di kalangan Generasi Z.