Komunikasi jarak jauh antara anak dan orang tua pekerja migran di Papua Barat menjadi isu penting dalam menjaga keharmonisan keluarga, terutama dalam konteks hubungan yang terhalang oleh jarak dan waktu. Penelitian ini menganalisis pola komunikasi, dengan fokus pada bagaimana komunikasi berperan dalam mempertahankan hubungan keluarga serta keberlanjutannya meskipun terpisah secara fisik. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan informan yang terdiri dari ayah, anak, dan ibu pekerja migran sebagai pelengkap data. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap interaksi komunikasi yang terjadi antara orang tua yang bekerja di Papua Barat dan anak-anak yang tinggal di luar daerah. Hasil penelitian menunjukkan dua pola komunikasi utama, yaitu konsensual dan protektif. Pada pola komunikasi konsensual, terjadi komunikasi terbuka yang mendukung, meskipun dibatasi oleh jarak dan waktu. Sementara itu, pada pola komunikasi protektif, interaksi lebih terfokus pada aspek praktis sehari-hari, dengan kontrol yang lebih ketat dari orang tua. Hambatan dalam komunikasi jarak jauh teridentifikasi, seperti perbedaan waktu dan keterbatasan interaksi fisik. Sementara faktor pendukung yang efektif meliputi penggunaan teknologi dan pengaturan waktu komunikasi yang rutin. Penelitian ini memberikan pemahaman lebih dalam mengenai dinamika komunikasi dalam keluarga pekerja migran dan menawarkan rekomendasi dengan meningkatkan kualitas komunikasi keluarga, teknologi komunikasi yang efisien, dan pengaturan waktu komunikasi yang baik. / Long-distance communication between children and their migrant worker fathers in West Papua has become a significant issue in maintaining family harmony, particularly in relationships constrained by distance and time. This study examines the communication patterns established between children and their migrant worker fathers, focusing on how these interactions help sustain emotional connections and continuity despite physical separation. This research employs a qualitative approach involving migrant worker families as informants, consisting of fathers, LDR children, and migrant worker mothers as supplementary data. Data collection was conducted through in-depth interviews of communication interactions between fathers working in West Papua and their children residing elsewhere. The findings reveal two primary communication patterns in migrant worker families: the consensual and the protective communication patterns. In consensual communication, open and supportive interactions occur despite limitations of distance and time. Meanwhile, protective communication emphasizes practical daily matters and enforces stricter parental control. Barrierss to long-distance communication, such as time differences and limited physical interaction, were identified, while supporting factors for effective communication include the use of technology and scheduled regular communication. This study provides a deeper understanding of communication dynamics and offers recommendations to improve family communication quality, efficient communication technologies, and well-planned communication timing.