Penelitian ini membahas upaya internasional Indonesia dalam mencapai Minimum Essential Force (MEF) sebagai bagian dari upaya memperkuat postur pertahanan nasional dan memastikan stabilitas regional di tengah dinamika geopolitik yang terus berkembang. MEF mencerminkan strategi multidimensional yang mengintegrasikan modernisasi alutsista, peningkatan kemandirian industri pertahanan, serta transfer teknologi melalui kerja sama dengan negara mitra seperti Turki, Rusia, Amerika Serikat, Ceko, Cina, Australia, dan Korea Selatan. Penelitian ini menggunakan teori neorealisme yang menekankan pentingnya keamanan negara dalam sistem anarki, serta konsep balancing strategy, kepentingan nasional, dan hard power untuk menganalisis langkah-langkah strategis Indonesia. Dengan metode kualitatif, penelitian mengevaluasi sejauh mana kerja sama internasional berkontribusi pada pencapaian target MEF. Urgensi terbentuknya MEF muncul sebagai respons Indonesia terhadap ancaman terhadap kepentingan dan keamanan nasional, baik dari dalam negeri maupun dari dinamika sistem internasional, seperti ketegangan yang terjadi di Laut Cina Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa MEF berkontribusi pada penguatan kemandirian sektor pertahanan, selain sebagai strategi untuk memastikan keamanan nasional. Pencapaian program hingga 2023 mencerminkan adanya peningkatan signifikan dalam modernisasi alutsista, meskipun terdapat tantangan kompleks, yaitu terjadinya pandemi COVID-19 yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan MEF III. Pergeseran terminologi ke “Pembangunan Kekuatan Pokok” merefleksikan komitmen Indonesia untuk memperluas kemampuan pertahanan di luar target minimum untuk menuju kekuatan yang lebih besar. Selain itu, keberhasilan kerja sama internasional dalam program MEF menunjukkan pentingnya aliansi strategis dalam mempercepat penguasaan teknologi dan pengembangan industri pertahanan lokal. Dengan pendekatan ini, Indonesia tidak hanya memperkuat sektor pertahanan, tetapi juga memanfaatkan modernisasi alutsista sebagai katalis untuk membangun stabilitas jangka panjang di kawasan. / This research discusses Indonesia’s international efforts to achieve the Minimum Essential Force (MEF) as part of strengthening its national defense posture and ensuring regional stability amid the ever-evolving geopolitical dynamics. MEF reflects a multidimensional strategy that integrates defense modernization, enhancement of defense industry independence, and technology transfer through cooperation with partner countries such as Turkey, Russia, the United States, the Czech Republic, China, Australia, and South Korea. This study employs neorealist theory, which emphasizes the importance of state security in an anarchic system, alongside the concepts of balancing strategy, national interest, and hard power to analyze Indonesia's strategic steps. Using a qualitative methodology, the research evaluates the extent to which international cooperation contributes to the achievement of MEF targets. The urgency of MEF’s formation arises as Indonesia’s response to threats to its national interests and security, both from domestic factors and international system dynamics, such as tensions in the South China Sea. The findings indicate that MEF contributes to strengthening the independence of the defense sector, in addition to being a strategy to ensure national security. The program’s achievements up to 2023 reflect significant progress in defense modernization, despite complex challenges, including the COVID-19 pandemic, which acted as an impediment to the implementation of MEF III. The shift in terminology to "Pembangunan Kekuatan Pokok" reflects Indonesia’s commitment to expanding its defense capabilities beyond the minimum target towards a greater force. Furthermore, the success of international cooperation in the MEF program underscores the importance of strategic alliances in accelerating technology acquisition and the development of the local defense industry. Through this approach, Indonesia not only strengthens its defense sector but also utilizes defense modernization as a catalyst for building long-term stability in the region.