Konflik antara Israel dan Palestina yang memanas sejak 7 Oktober 2023 lalu menarik banyak perhatian masyarakat internasional dan mengganggu iklim perdamaian dunia. Perwakilan diplomatis dari berbagai negara berupaya mendorong tercapainya gencatan sedini mungkin guna mengembalikan situasi perdamaian internasional kepada keadaan yang kondusif. Sayangnya, Amerika Serikat sebagai negara adidaya dalam tatanan politik global kerap kali menunjukkan keberpihakan terhadap Israel dengan terus melakukan penggunaan hak veto dan menghambat tercapainya kesepakatan gencatan senjata sedini mungkin. Lebih jauh lagi, AS juga terus mengirimkan bantuan militer bernilai miliaran dolar guna menunjang agresi militer Israel ke jalur Gaza. Keberpihakan AS terhadap Israel sendiri diketahui terjadi dari masa ke masa. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis keberpihakan AS terhadap Israel dalam konflik yang terjadi selama tahun 2017-2024. Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan teori Realisme Neoklasik, dan menggunakan beberapa konsep dalam Ilmu Hubungan Internasional seperti power, kepentingan nasional, dan peringkat analisis pada tingkat negara maupun sistem. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode historis komparatif untuk memberikan gambaran detail tentang dinamika keberpihakan AS terhadap Israel selama konflik Israel dan Palestina sejak tahun 2017. Penelitian ini menemukan bahwa berbagai faktor dalam lingkup domestik AS seperti lobi dari kelompok kepentingan, dukungan masyarakat AS untuk Israel, dan kebutuhan sektor militer dan teknologi AS terhadap Israel memengaruhi arah kebijakan luar negeri AS terhadap konflik Israel dan Palestina. Pada tingkat sistem, keterlibatan Rusia dan Cina yang cukup intensif di jazirah Arab juga menjadi hal-hal yang perlu dipertimbangkan AS dalam pengambilan kebijakan luar negeri seputar konflik Israel dan Palestina. / The Israel-Palestine conflict, which escalated on October 7, 2023, has drawn significant international attention and disrupted global peace. Diplomatic representatives from various countries are working to mediate an immediate ceasefire and restore international peace to a stable state. Unfortunately, the United States, as a superpower in the global political order, often demonstrates bias toward Israel, particularly through its repeated use of veto power, which has hindered efforts to achieve an immediate ceasefire. Additionally, the US continues to send billions of dollars in military aid to support Israel's military actions in the Gaza Strip. This bias is a long-standing pattern in US foreign policy. This study examines US bias toward Israel in the Israel-Palestine conflict from 2017 to 2024. Using the theory of Neoclassical Realism, it incorporates key concepts from International Relations, such as power, national interests, and levels of analysis at both domestic and systemic levels. This study employs qualitative research approach, specifically comparative-historical methods, to provide a detailed analysis of the dynamics of US support for Israel during this period. At the domestic level, factors such as lobbying by interest groups, US public support for Israel, and the US military and technology sector's reliance on Israel have shaped US foreign policy on the Israel-Palestine conflict. At the systemic level, the increasing involvement of Russia and China in the Middle East has also influenced US foreign policy decisions regarding the conflict.