Perkembangan sektor pariwisata di Indonesia khususnya wisata kuliner menjadi cukup pesat dari tahun ke tahun. Dengan adanya perkembangan ini membuka peluang meningkatnya bisnis kuliner di Indonesia yang menyebar ke seluruh kota salah satunya adalah Yogyakarta. Alasan banyaknya bisnis kuliner yang dibuka di Yogyakarta adalah dengan meningkatnya jumlah cafe secara pesat serta menjadi daya tarik wisatawan terhadap wisata kuliner. Bisnis kuliner yang mengalami peningkatan dan perkembangan mempengaruhi tren kuliner luar negeri di Yogyakarta salah satunya kuliner Eropa, produk makanan Eropa yang sedang marak diperbincangkan di tengah masyarakat Yogyakarta yaitu basque burnt cheesecake. Munculnya tren ini di tengah masyarakat serta adanya peluang bisnis kuliner yang cukup menjanjikan di Yogyakarta menjadi alasan dibuatnya Burnt Butter Bakery yang merupakan artisan bakery cafe dengan konsep Eropa Klasik Modern yang menjual produk-produk bakery khas Eropa dengan produk unggulan layered basque burnt cheesecake dan scones yang menggunakkan bahan cream cheese serta butter natural dari merek lokal Yogyakarta. Proyek akhir ini menggunakkan metode penelitian Studi Kelayakan Bisnis dengan menggunakkan data primer berupa observasi lapangan, metode survei dan kuesioner, serta menggunakkan data sekunder berupa studi literatur dan publikasi internet. Analisis yang dilakukan pada SKB ini berdasarkan pada aspek pasar dan pemasaran, aspek operasional, aspek organisasi dan SDM, serta aspek keuangan. Studi Kelayakan Bisnis ini memiliki hasil Net Present Value (NPV) sebesar Rp439.714.452, Payback Period pada 3 tahun 5 bulan 4 hari, jumlah Profitability Index (PI) sebesar 1,33 dan Internal Rate Ratio (IRR) sebesar 26,7% yang diartikan bahwa bisnis ini layak untuk dijalankan. / The growth of tourism in Indonesia, particularly in culinary tourism, has shown significant progress over the years, creating opportunities for culinary business expansion in various cities, including Yogyakarta. A key driver of this growth is the rapid increase in cafes, which have become a major attraction for tourists seeking unique culinary experiences. This expansion has also contributed to the emergence of foreign culinary trends, particularly European cuisine, with Basque burnt cheesecake gaining popularity among the local community. This trend and the promising potential of the culinary business in Yogyakarta have inspired the establishment of Burnt Butter Bakery, an artisan bakery café with a Modern Classic European concept. The café specializes in European bakery products, with its signature offerings including layered Basque burnt cheesecake and scones, made from natural cream cheese and locally sourced butter from Yogyakarta. This study employs the Business Feasibility Study (BFS) method, using primary data collected through field observations, surveys, and questionnaires, along with secondary data from literature reviews and online publications. The analysis encompasses four aspects: market and marketing, operations, organizational structure and human resources, and financial performance. The findings indicate that Burnt Butter Bakery is a viable business venture, achieving a Net Present Value (NPV) of IDR Rp439.714.452, a Payback Period of 3 years, 5 months, and 4 days, a Profitability Index (PI) of 1.33, and an Internal Rate of Return (IRR) of 26,7%. These results demonstrate the business’s potential for profitability and long-term sustainability.