Penelitian ini mengkaji bagaimana Qatar memanfaatkan penyelenggaraan Piala Dunia FIFA 2022 sebagai strategi politik untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma internasional, bukan semata-mata demi keuntungan ekonomi. Di tengah kritik global terkait isu hak asasi manusia dan kebebasan sipil, Qatar berusaha membangun ulang identitas nasionalnya melalui ajang olahraga global ini. Menggunakan pendekatan konstruktivisme, penelitian ini berlandaskan pada konsep identitas nasional, logic of appropriateness, dan konstruksi sosial atas norma internasional. Perspektif ini memungkinkan analisis terhadap bagaimana kepentingan nasional dibentuk melalui interaksi sosial dan ekspektasi global. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif-deskriptif dengan studi kasus, mengandalkan data sekunder dari dokumen resmi, laporan media, serta literatur akademik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Qatar berusaha menunjukkan kepatuhan terhadap norma internasional. Reformasi signifikan dilakukan, seperti penghapusan sistem kafala, penetapan upah minimum, pelibatan perempuan, dan fasilitasi media asing. Semua ini mencerminkan bagaimana Qatar menyesuaikan kepentingan nasionalnya untuk mendapatkan legitimasi internasional. Piala Dunia FIFA 2022 menjadi bukti bahwa negara kecil dapat memanfaatkan ajang global untuk membentuk ulang citra dan posisi politiknya dalam tatanan dunia melalui adaptasi terhadap norma internasional. / This study explores how Qatar leveraged the hosting of the 2022 FIFA World Cup as a political strategy to align itself with international norms, rather than merely pursuing economic gain. Amid global criticism over human rights and civil liberties, Qatar sought to reshape its national identity through this major sporting event. Using a constructivist approach, the research is grounded in the concepts of national identity, logic of appropriateness, and the social construction of international norms. This perspective enables an analysis of how national interests are shaped through social interaction and global expectations. The study employs a qualitative-descriptive case study method, relying on secondary data from official documents, media reports, and academic literature. Findings reveal that Qatar made significant reforms—such as abolishing the kafala system, implementing a minimum wage, including women in the organizing committee, and facilitating foreign media coverage—not to yield immediate economic returns, but to demonstrate adherence to global standards.The 2022 World Cup illustrates how a small state can use a global platform to redefine its political interests and enhance its international legitimacy through norm adaptation. Referensi: 8 books (1993-2020)+ 20 journal article + 25 online sources