Peningkatan fenomena hidup lajang di Indonesia berbanding terbalik dengan toleransi masyarakat terhadap status lajang. Persepsi masyarakat mengenai status pernikahan sebagai sebuah identitas sosial menimbulkan tekanan eksternal bagi diri lajang. Praktiknya, tuntutan menikah tersebut cenderung lebih kuat tertuju pada perempuan, sehingga menjadikan mereka sebagai sosok yang rentan memperoleh stereotip negatif dari masyarakat. Di sisi lain, tidak menjalin relasi intim dengan pasangan dapat menjadi masalah internal yang membuat perempuan lajang mengalami kesepian romantis. Penelitian kuantitatif dengan analisis regresi berganda ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran kesepian romantis (faktor internal) dan persepsi stereotip negatif (faktor eksternal) dalam memprediksi ketakutan menjadi perempuan lajang di Indonesia. Dengan melibatkan 350 perempuan lajang berusia 25–55 tahun (Musia = 27.59), hasil menunjukkan bahwa efek simultan kesepian romantis dan stereotip negatif terhadap ketakutan melajang di Indonesia bersifat kontekstual pada perempuan yang ingin menikah atau sedang berpacaran. Pada perempuan lajang tidak ingin menikah atau tidak sedang berpacaran, hanya stereotip negatif yang menjadi prediktor signifikan ketakutan melajang. Temuan ini mengindikasikan bahwa perasaan takut melajang bagi perempuan Indonesia tidak hanya bergantung pada status hubungan, melainkan juga dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap rasa kesepian romantis yang dampaknya dapat bervariasi berdasarkan motivasi menikah. / The rising phenomenon of singlehood in Indonesia contrasts with society’s low tolerance for single status. Societal perceptions of marital status as a social identity create external pressure on single individuals. In practice, the societal expectation to marry tends to be focused on women, thus rendering them more vulnerable to negative stereotypes. Meanwhile, the absence of intimate relationships may present an internal issue that leads single women to experience romantic loneliness. This quantitative study employed multiple regression analysis to examine the predictive roles of romantic loneliness (internal factor) and the perception of negative stereotypes (external factor) on fear of being single among Indonesian women. Drawing on data from 350 single women aged 25–55 years (Mage = 27.59), the results revealed a contextual simultaneous effect of romantic loneliness and negative stereotypes on the fear of being single, particularly among women with either an intention to marry or a current dating relationship. For single women who did not intend to marry or were not dating, only negative stereotypes significantly predicted their fear of being single. These findings suggest that the fear of being single among Indonesian women is not merely determined by relationship status but is also shaped by how they perceive romantic loneliness, the impact of which may vary depending on their marital orientation.