Penelitian ini mengeksplorasi peran mediasi budaya kerja "AKHLAK," Person-Job Fit, employee well-being, dan Affective Commitment terhadap pengaruh kepemimpinan inklusif (inclusive leadership) pada kinerja karyawan di Kantor Cabang Bank XYZ (XYZ) Manado. Dengan pendekatan kuantitatif berbasis paradigma positivisme, penelitian ini melibatkan 80 responden yang dianalisis menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) dengan pendekatan Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar hipotesis mengenai pengaruh mediasi tidak didukung secara signifikan. Inclusive leadership tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap employee well-being, Person-Job Fit, maupun budaya korporasi "AKHLAK." Namun, Affective Commitment ditemukan sebagai mediator yang signifikan antara inclusive leadership dan kinerja karyawan. Jalur mediasi lainnya, termasuk peran budaya "AKHLAK" melalui Affective Commitment terhadap kinerja karyawan, tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Penelitian ini mengindikasikan bahwa hubungan langsung antar variabel lebih dominan dibandingkan dengan efek mediasi. Implikasi praktisnya adalah bahwa intervensi tambahan diperlukan untuk memperkuat hubungan antara kepemimpinan inklusif dan kinerja karyawan, termasuk melalui peningkatan kesejahteraan karyawan, lingkungan kerja, serta keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Temuan ini memberikan kontribusi teoretis dan praktis dalam konteks pengelolaan sumber daya manusia di sektor perbankan BUMN di Indonesia.