Kehilangan keanekaragaman hayati yang terus berlangsung, dipicu oleh perusakan habitat dan perubahan iklim, terus menjadi tantangan bagi ekosistem di seluruh dunia. Seiring pertumbuhan kota, lingkungan alami sering kali dibersihkan untuk pembangunan, sehingga membuat spesies asli kehilangan tempat tinggal. Proyek ini mengeksplorasi pendekatan alternatif untuk hunian vertikal yang memberi ruang bagi manusia dan keanekaragaman hayati. Dengan merancang ulang struktur dan fungsi hunian vertikal, desain ini bertujuan mendukung hubungan yang lebih sehat dan berkelanjutan antara manusia dan alam. Konsep ini menggabungkan beberapa metode, termasuk desain parametrik, analisis studi kasus, dan fabrikasi digital. Terinspirasi dari bentuk-bentuk alami, desain ini menggunakan biomimikri untuk membentuk fungsi dan bentuk bangunan. Fasade hijau yang terdiri dari spesies tanaman asli Kalimantan—lokasi proyek ini—membantu mendukung satwa lokal dan memulihkan habitat yang rusak. Fitur seperti terumbu karang disematkan ke dalam struktur, berfungsi sebagai penopang vertikal bagi vegetasi dan menambah tekstur yang meniru ekosistem laut. Referensi alam ini bukan sekadar pilihan estetis, tetapi juga berperan aktif dalam mendorong keanekaragaman hayati, mendukung penyerbuk, dan menciptakan mikrohabitat di lingkungan perkotaan yang padat. Di pusat struktur terdapat terarium besar yang terinspirasi dari terumbu karang, berfungsi sebagai ruang bersama bagi tanaman, hewan, dan manusia. Ruang ini menjadi titik fokus bangunan dan menciptakan lingkungan hidup yang lebih terhubung dengan alam dan ritmenya. Penggunaan fabrikasi digital memungkinkan konstruksi bentuk organik yang kompleks dengan presisi tinggi. Proyek ini lebih dari sekadar bangunan; ia menawarkan model potensial bagaimana kota dapat berkembang tanpa mengorbankan lingkungan. Dengan mengambil inspirasi dari alam dan merancang dengan penuh perhatian, kita dapat menciptakan ruang kota yang lebih baik bagi semua makhluk hidup dan generasi mendatang. / The ongoing loss of biodiversity, driven by habitat destruction and climate change, continues to challenge ecosystems around the world. As cities grow, natural environments are often cleared to make space for development, leaving native species with fewer places to thrive. This project explores an alternative approach to urban housing, one that makes room for both people and biodiversity. By rethinking the structure and purpose of vertical housing, the design aims to support a healthier, more sustainable relationship between humans and the natural world. The concept brings together several methods, including parametric design, case study analysis, and digital fabrication. Inspired by forms found in nature, the design uses biomimicry to guide the shape and function of the building. A green façade made up of native plant species from Kalimantan, where the project is based, helps support local wildlife and restore damaged habitats. Coral reef–like features are built into the structure, acting as vertical supports for vegetation and adding texture that mirrors ecosystems found in the ocean. These natural references are not just aesthetic choices but serve an active ecological role in encouraging biodiversity, supporting pollinators, and promoting microhabitats within dense urban settings. At the center of the structure is a large, coral-inspired terrarium that serves as a shared space for plants, animals, and humans. This space anchors the building and creates a living environment that feels more connected to nature and its rhythms. The use of digital fabrication allows for accurate construction of these complex, organic forms. More than just a building, the project offers a potential model for how cities can grow while still protecting the environment. It shows that by drawing from nature and designing with care and intention, we can create urban spaces that work better for all living things and future generations.