Human Immunodeficiency Virus masih menjadi masalah kesehatan global yang serius dengan 39,9 juta orang hidup dengan HIV pada akhir tahun 2023, dan sebanyak 6.000 remaja usia 15-24 tahun tercatat terinfeksi HIV setiap minggunya. Di Indonesia, DKI Jakarta mencatat jumlah kasus tertinggi yaitu 88.678 kasus dengan peningkatan kasus pada usia 20-24 tahun dari 16,5% di tahun 2022 menjadi 18,98% di tahun 2023. Mahasiswa sebagai kelompok usia transisi dewasa muda memiliki peran penting dalam pencegahan terhadap HIV. Namun masih banyak mahasiswa yang melakukan perilaku berisiko tanpa pemahaman yang cukup, sehingga perlu memiliki pengetahuan untuk mencegah infeksi HIV di kemudian hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara karakteristik sosiodemografi dengan pengetahuan tentang HIV di kalangan mahasiswa di DKI Jakarta, menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional dengan desain penelitian Cross-Sectional. Populasi pada penelitian ini tidak diketahui pasti jumlahnya, sehingga sample dihitung menggunakan G’Power Size, dengan jumlah minimal sampel 84. Jumlah total responden yang diperoleh sebanyak 210 dengan menggunakan metode convenience sampling. Instrumen menggunakan kuesioner HIV-KQ-18 yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan telah divalidasi untuk mengukur tingkat pengetahuan terkait HIV. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret hingga April 2025 dengan menggunakan kuesioner online. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis bivariat dengan uji non- parametik. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik sosiodemografi seperti usia, jenis kelamin, agama, status hubungan dan pengeluaran per bulan tidak berhubungan signifikan dengan pengetahuan HIV (P > 0,05). Namun, variabel fakultas diperoleh menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dengan tingkat pengetahuan tentang HIV ( p = 0,032). Universitas diharapkan dapat memperkuat edukasi HIV khususnya di fakultas dengan tingkat pengetahuan rendah, melalui keterlibatan mahasiswa serta pelaksanaan intervensi dan evaluasi berkelanjutan / Human Immunodeficiency Virus remains a serious global health problem with 39.9 million people living with HIV by the end of 2023, and as many as 6,000 adolescents aged 15-24 years are recorded to be infected with HIV every week. In Indonesia, DKI Jakarta recorded the highest number of cases at 88,678 cases with an increase in cases aged 20-24 years from 16.5% in 2022 to 18.98% in 2023. Students as a transitional age group of young adults have an important role in HIV prevention. However, there are still many students who engage in risky behavior without sufficient understanding, so they need to have the knowledge to prevent HIV infection in the future. This study aimed to explore the relationship between sociodemographic characteristics and HIV knowledge among university students in DKI Jakarta, using a quantitative correlational approach with a cross-sectional research design. The population in this study was unknown, so the sample was calculated using G'Power Size, with a minimum sample size of 84. The total number of respondents obtained was 210 using the convenience sampling method. The instrument used the HIV-KQ-18 questionnaire which has been adapted into Indonesian and has been validated to measure the level of knowledge related to HIV. Data collection was conducted from March to April 2025 using an online questionnaire. The data analysis technique used was bivariate analysis with non- parametric tests. The results showed that sociodemographic characteristics such as age, gender, religion, relationship status and monthly expenditure were not significantly associated with HIV knowledge (P > 0.05). However, faculty variables obtained showed a significant difference with the level of knowledge about HIV (p = 0.032). Universities are expected to strengthen HIV education, especially in faculties with low knowledge levels, through student involvement and implementation of interventions and continuous evaluation.