Waria sebagai kelompok minoritas di Indonesia kerap menghadapi stigma dan diskriminasi, baik dalam masyarakat maupun dalam lingkup keluarga. Tekanan sosial dan nilai budaya yang dominan sering kali menjadi penghambat penerimaan orang tua terhadap anak dengan identitas gender waria. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dinamika proses penerimaan orang tua terhadap anak dengan identitas gender waria di Desa Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Meskipun waria sering mengalami stigma dan diskriminasi dalam masyarakat, hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian orang tua di desa tersebut menunjukkan sikap penerimaan yang relatif tinggi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi untuk mengeksplorasi proses penerimaan para orang tua. Pengumpulan data melalui wawancara semi-terstruktur terhadap empat orang ibu yang memiliki anak beridentitas waria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penerimaan orang tua berlangsung melalui beberapa tahap psikologis, mulai dari penolakan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, hingga penerimaan. Faktor-faktor seperti kasih sayang, empati, dan keterbukaan komunikasi berperan besar dalam membentuk sikap penerimaan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerimaan orang tua bukanlah proses yang instan, melainkan hasil dari dinamika nilai agama, norma sosial, serta hubungan emosional dalam keluarga. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam upaya advokasi terhadap keluarga lebih inklusif terhadap keragaman identitas gender. / Waria as a minority group in Indonesia often face stigma and discrimination, both in society and within the family. Social pressure and dominant cultural values often hinder parents' acceptance of children with transgender gender identity. This study aims to understand the dynamics of the process of parental acceptance of children with transgender gender identity in Sirah Pulau Padang Village, Ogan Komering Ilir Regency. Although transgender people often experience stigma and discrimination in society, observations show that some parents in the village show a relatively high acceptance attitude. This study used a qualitative approach with phenomenological methods to explore the parents' acceptance process. Data were collected through semi-structured interviews with four mothers who have children with transgender identity. The results showed that the process of parental acceptance takes place through several psychological stages, ranging from rejection, anger, bargaining, depression, to acceptance. Factors such as affection, empathy, and openness of communication play a major role in shaping acceptance. This study concludes that parental acceptance is not an instant process, but the result of the dynamics of religious values, social norms, and emotional relationships in the family. It is hoped that the results of this study can be a reference in advocacy efforts for families to be more inclusive of gender identity diversity.