Film dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso menimbulkan perdebatan karena menyajikan narasi berbeda dari kasus hukum Jessica Wongso yang telah divonis pada tahun 2016. Film Dokumenter ini membentuk ulang persepsi masyarakat terkait kebenaran, keadilan, dan peran media dalam membingkai suatu peristiwa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana narasi dan elemen-elemen naratif dalam film dibentuk hingga dapat mempengaruhi pemahaman penonton terhadap tokoh dan peristiwa yang disajikan. Penelitian ini menggunakan teori utama Paradigma Naratif dari Walter Fisher, dan teori pendukung yaitu Teori Konstruksi Realitas Sosial dari Peter Berger dan Thomas Luckmann, dengan fokus pada dua elemen utama: koherensi naratif dan kesetiaan naratif. Pendekatan penelitian bersifat Kualitatif, dan Paradigma konstruktivisme. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi visual, observasi terhadap film, serta didukung oleh sumber sekunder seperti artikel berita, dan literatur akademik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film menyusun narasi yang kuat secara emosional dan ideologis, serta mempertanyakan objektivitas proses hukum dan peran media dalam membentuk opini publik. Kesimpulannya, film ini tidak hanya menyampaikan cerita, tetapi juga berfungsi sebagai alat retoris yang memengaruhi cara penonton memahami keadilan dan kebenaran./The documentary Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso has generated public controversy for presenting a narrative that differs from the official legal verdict issued in Jessica Wongso's 2016 case. The film reshapes public perception regarding truth, justice, and the role of the media in framing events. This research aims to analyze how the narrative and its elements are constructed in the film in a way that influences the audience’s understanding of the characters and events portrayed. This study applies the Narrative Paradigm theory by Walter Fisher as the primary theoretical framework, supported by the Social Construction of Reality theory by Peter Berger and Thomas Luckmann, with a focus on two main elements: narrative coherence and narrative fidelity. The research uses a qualitative approach within the constructivist paradigm. Data collection was conducted through visual documentation, film observation, and supported by secondary sources such as news articles and academic literature. The findings indicate that the documentary constructs a narrative that is emotionally and ideologically powerful, while also questioning the objectivity of the legal process and the media’s role in shaping public opinion. In conclusion, the film not only presents a story but also serves as a rhetorical tool that influences the audience’s understanding of justice and truth.