Adopsi Electronic Medical Record (EMR) di rumah sakit pemerintah menjadi tuntutan utama dalam percepatan transformasi digital kesehatan di Indonesia. Namun, implementasi EMR di RSUD masih menghadapi tantangan terkait kesiapan organisasi, infrastruktur TI, serta karakteristik individu tenaga kesehatan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh faktor organisasi (dukungan manajemen, infrastruktur TI, pelatihan, keterlibatan dan otonomi dokter, kesiapan teknologi) terhadap adopsi EMR dengan moderasi Openness to Experience pada tenaga kesehatan RSUD Banten. Metode: Desain penelitian kuantitatif eksplanatori cross-sectional. Sampel sebanyak 306 tenaga kesehatan (dokter, perawat, administrasi) yang telah menggunakan EMR minimal 6 bulan. Analisis menggunakan PLS-SEM dengan uji jalur, validitas, reliabilitas, dan Importance-Performance Map Analysis (IPMA). Hasil: Dari sebelas hipotesis yang diuji, enam didukung data. Management support dan adequate training berpengaruh signifikan terhadap perceived usefulness, sedangkan IT infrastructure quality tidak signifikan. Physician’s involvement, physician’s autonomy, dan technology readiness berpengaruh signifikan terhadap perceived ease of use. Namun, openness to experience tidak signifikan sebagai moderator. Perceived usefulness merupakan prediktor utama adopsi EMR (R² = 0,716). IPMA menempatkan openness to experience dan perceived usefulness sebagai prioritas peningkatan. Saran: Manajemen rumah sakit perlu memperkuat budaya inovasi, meningkatkan pelatihan berkelanjutan, serta perbaikan infrastruktur TI. Strategi transformasi digital harus adaptif terhadap karakter SDM agar implementasi EMR lebih efektif.