Dengan adanya Undang- Undang nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek, maka seharusnya orang-perorangan, badan, insitutusi lebih memiliki aware ataupun lebih peduli terhadap merek-merek yang telah di daftarkan. Hal tersebut dapat menjadi acuan untuk lebih berkreatifitas lagi dalam membuat merek, logo, lukisan, tulisan, warna, gambar dan lain sebagainya.Merek merupakan representatif dari suatu barang atau jasa yang akan membuat suatu barang atau jasa tersebut memiliki value lebih atau bahkan kurang dimata masayarkat. Kasus yang penulis angkat adalah tentang Sengketa Merek Hugo Boss. Suatu Brand Fashion yang beraal dari Jerman. Dimiliki oleh perusahaan besar yang bernama Trade Mark Management GmbH & Co. Kg dan pertama kali mengajukan pendaftaran merek untuk kelas 3,18,24 dan 25 pada tanggal 24 Januari 1989 yang kemudian terdaftar dengan nomor pendaftaran 245294. / With the existence of Law number 20 of 2016 Regarding the Trademark, individuals, agencies, institutions should be more aware or more concerned about the registered brands. This can be a reference to be more creative in making brands, logos, paintings, writing, colors, images and so forth. Trademark is a representative of an item or service that will make an item or service has more or even less value in the eyes of the community. The particular case that writer raised is about dispute of Hugo Boss Brand. A Brand Fashion originating from Germany. Owned by a large company called Trade Mark Management GmbH & Co. Kg and first applied for trademark registration for classes 3,18,24 and 25 on January 24, 1989 which were then registered with registration number 245294.