Sebuah perusahaan ritel PT. X secara berkala melaksanakan program pelatihan SDM untuk mengembangkan kompetensi dan meningkatkan performa kerja karyawannya. Namun, untuk menilai berhasil tidaknya pelatihan yang sudah diberikan, PT X mengajukan permohonan kepada perusahaan Human Resource Management untuk mengevaluasi pelatihannya. Evaluasi pelatihan sendiri memiliki berbagai macam model. Salah satunya model evaluasi berdasarkan teori Kirkpatrick yang populer digunakan karena diukur dengan 4 indikator level: reaksi, pembelajaran, perubahan perilaku, dan hasil keseluruhan. Pengukuran level-level ini memberikan pengevaluasi lebih rinci dan spesifik. Saat pelatihan dilakukan, maka reaksi dan pembelajaran dapat langsung diukur saat itu juga, sedangkan perubahan perlaku dan hasil keseluruhan diperlukan riset longitudinal untuk mengetahui keberhasilan sebuah pelatihan yang dilakukan. Ada sebuah metode yang difasilitasi oleh perusahaan HRM yang dapat menguji perubahan perilaku secara langsung dalam waktu singkat yang berpengaruh pada performa kerja karyawan, yaitu Mystery Shopping dengan penilaian observasi secara langsung dan riil. Mystery Shopping ini menjadi metode yang populer digunakan untuk megevaluasi performa kerja dan kualitas pelayanan sejak puluhan tahun yang lalu. Hasil dari metode Mystery Shopping ini setidaknya dapat menggambarkan identifikasi masalah untuk memperbaiki dan meningkatkan performa penjualan toko dan kerja karyawan itu sendiri. Tetapi ada berbagai kemungkinan-kemungkinan yang mempengaruhi signifikansi keberhasilan sebuah pelatihan yang dapat kita lihat dalam penulisan ini. Kata kunci: Mystery Shopping, Evaluasi Pelatihan, Observasi Data Referensi: 29 (1974-2019)