Dalam menggunakan Instagram, fenomena fake account atau Finsta untuk memfasilitasi kebutuhan remaja mengkespresikan diri tanpa harus mempertimbangkan nilai-nilai sosial yang berlaku. Para remaja bisa menerapkan self-presentation di Finsta sebagai sebuah strategi kesan yang coba dikelolanya. Di Instagram, setiap pengguna bisa mendapatkan feedback dari pengguna lain melalui self-presentation yang diterapkan melalui setiap konten unggahannya. Self-presentation yang diterapkan remaja pengguna Finsta dalam menampilkan dirinya berhubungan dengan bagaimana self-esteem. Remaja melakukan evaluasi diri yang dipengaruhi tidak hanya penilaian dari dirinya namun juga orang lain. Dalam hal ini, di Finsta penilaian dari orang lain kemungkinannya lebih sedikit dengan pertemanan yang kecil. Perbedaan self-presentation di Finsta ini kemudian terkait dengan tingkat self-esteem. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan menggunakan online self-presentation (Yang, Carter & Holden, 2017) dan Rosenberg self-esteem scale (Rosenberg, 1965). Berdasarkan data yang terkumpul dari 254 responden, ditemukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan (r= -0,174, p < 0.01) antara self-presentation dan self-esteem. Artinya, remaja pengguna Finsta di Indonesia yang tinggi melakukan self-presentation memiliki self-esteem yang rendah, begitupun sebaliknya.