Pemuridan bertujuan untuk menjalankan Amanat Agung yaitu menjadikan semua bangsa murid Yesus Kristus. Melalui pemuridan, pemimpin rohani mengalami perubahan hidup, sikap, karakter, dan perspektif. Seorang pemimpin Kristen seharusnya menjadi pemimpin rohani (spiritual leader), karena pemimpin rohani adalah pemimpin yang menyerahkan kehendak diri pada kehendak Allah. Mempersiapkan pemimpin rohani dilakukan dengan memperlengkapi secara maksimal guna mencapai kedewasaan rohani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pemuridan dalam mempersiapkan calon kepala sekolah sebagai pemimpin rohani di SMK YPM Tangerang. Pemuridan menjadi fokus utama dalam pemimpin rohani mempersiapkan pemimpin rohani berikutnya, untuk memperluas Kerajaan Allah. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif studi kasus dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, semi terstruktur dan observasi. Keabsahan data akan diuji dengan triangulasi sumber melalui analisis data yaitu pengkodingan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemuridan telah berperan dalam mempersiapkan calon kepala sekolah sebagai pemimpin rohani dengan memperlengkapi anggota kelompok, namun penjabaran visi dan misi oleh kepala sekolah sebagai pemimpin rohani belum dilakukan secara maksimal. / Discipleship is meant to fulfill the Great Commission that is to make disciples of all nations. Discipleship is hoped to transform the life, attitude, character, and perspective of a Christian leader into a spiritual leader that surrenders his/her self-goals to God’s will only. This research is conducted to understand how ‘Discipleship’ plays role in preparing a school principal candidate that serves also as spiritual leader in YPM SMK Tangerang. The research is a case-study qualitative research with a deep interview-data gathering method, semi-structured, and observation. The validity of the data is tested using triangulation technique through data analysis, coding. The result of this research shows that discipleship has role in preparing a principal candidate that could serve also as a spiritual leader that could equip his/her subordinates, but not able to optimally elaborate the school’s vision and mission.