Manusia telah lama mengeksploitasi flora dan fauna. Namun, hanya relatif baru-baru ini eksploitasi ini begitu parah sampai-sampai flora dan fauna sedang habis, menjadi terancam punah, dan bahkan menjadi punah. Ini memiliki konsekuensi negatif pada keanekaragaman hayati, yang diperlukan untuk kelangsungan hidup dan kebahagiaan manusia. Kemanusiaan tidak bisa lagi berdiri dalam keheningan saat satwa liar kita dieksploitasi berlebihan. Pentingnya satwa dan tumbuhan liar untuk keberadaan alam dan kehidupan tidak dapat disangkal. Negara-negara Anggota ASEAN, termasuk Indonesia, telah mengakui masalah eksploitasi berlebihan ini dan mengambil langkah-langkah serta membuat rencana untuk memeranginya. Sebagai Pihak CITES, anggota-anggota ASEAN telah mengambil beberapa langkah untuk melindungi flora dan faunanya baik melalui regulasi atau kerja sama dengan negara lain, secara bilateral, regional atau multilateral. Namun, upaya untuk melindungi satwa liar tidak hanya tergantung kepada peraturan hukum saja. Mempertimbangkan perlunya generasi masa depan, semua pemangku kepentingan harus berpartisipasi aktif dalam melindungi satwa liar. Hukum dan peraturan akan efektif jika didukung oleh upaya serta kesadaran dari pihak terkait. Sebagai konvensi yang tidak mengikat, CITES membutuhkan tindakan yang kuat dari para anggotanya melalui regulasi domestik, penegakan hukum dan kerja sama yang baik di antara anggota CITES. Untuk Indonesia, seperangkat peraturan yang baik, didukung oleh implementasinya dan kesadaran masyarakat akan menjadi kunci untuk melindungi satwa liar dan masa depannya.