Krisis Pengungsi Rohingya di Myanmar telah menjadi krisis kemanusiaan yang berkelanjutan sejak tahun 1970-an dengan puncaknya baru-baru ini pada tahun 2015. Krisis kemanusiaan yang berkelanjutan tidak hanya mempengaruhi negara-negara tetangga dalam hal perbatasan internasional tetapi juga berdampak pada beberapa negara untuk mengubah atau membuat kebijakan baru mengenai eksodus massal pengungsi. Selain itu, itu juga mempengaruhi diplomasi dan kinerja tidak hanya Myanmar tetapi juga setiap negara lain yang terlibat dalam konflik dalam tahap organisasi regional dan internasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi akar penyebab, asal-usul, tujuan, dan sejarah konflik yang sedang berlangsung yang mengarah pada tindakan pembersihan etnis atau etnis terhadap kelompok etnis minoritas Rohingya di Rakhine. Selain itu, karena konflik telah meningkat menjadi skala yang lebih besar, penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi peran dimensi internasional dalam perselisihan internal, tanggapan mereka, dan kontribusi terhadap konflik apakah itu dampak positif atau negatif. Selain itu, penelitian ini menggunakan metode generik-dalam, dengan pendekatan kualitatif. Konsep yang digunakan adalah konflik etnis, pembersihan etnis, dimensi internasional dalam konflik internal, dan teori perdamaian dan konflik. Hasil yang dihasilkan dari penelitian ini menyiratkan bahwa krisis yang sedang berlangsung disebabkan oleh konflik etnis akibat kedaulatan teritorial yang berasal dari era kolonialisasi Kerajaan Inggris. Lebih lanjut, ketika konflik meningkat, itu dipandang sebagai krisis kemanusiaan dunia yang telah menyebabkan banyak negara mengubah kebijakan mereka menjadi tuan rumah bagi para pengungsi. / The Rohingya Refugee Crisis in Myanmar has been an ongoing humanitarian crisis since the 1970s with its recent peak in 2015. The continuing humanitarian crisis has not only affected neighboring countries in terms of international borders but also impacted some states to change or create new policies regarding the mass exodus of refugees. Moreover, it also affected the diplomacy and performance of not only Myanmar but also every other country involved in the conflict in the stage of a regional and international organization. This research aims to identify the root causes, origins, objectives, and history of the ongoing conflict that lead to genocidal or ethnic cleansing acts upon the Rohingya ethnic minority group in Rakhine. Furthermore, since the conflict has escalated into a grander scale, this research also aims to identify the roles of international dimensions in internal strife, their responses, and contributions to the conflict whether it is positive or negative impacts. In addition to this, this research applies the generic-in depth method, with a qualitative approach. The concepts used are ethnic conflict, ethnic cleansing, international dimensions in internal conflict, and peace and conflict theory. Results yielded from the research implied that the ongoing crisis is caused by ethnic-conflict due to territorial sovereignty dating back to the colonialization era of the British Empire. Furthermore, as the conflict escalated, it is viewed as the world's humanitarian crisis that has led to many States changing their policies towards hosting refugees.