Slum area adalah salah satu fenomena nyata yang tersingkirkan oleh konten media mainstream, dan jumlah novel yang mengangkat fenomena ini sangatlah sedikit sehingga belum ada penelitian yang menyoroti penggambaran slum area dalam novel. Oleh karena itu, penelitian ini diadakan untuk mengetahui representasi slum area dalam novel, terkhusus dalam novel berjudul Aroma Karsa, yang adalah salah satu dari sedikit novel yang membahas tentangnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, dianalisa dengan model semiotika Ferdinand de Saussure. Pengumpulan data primer dilakukan menggunakan studi dokumen dan data sekunder dikumpulkan dengan studi pustaka lainnya. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Aroma Karsa merepresentasikan slum area sebagai tempat terjadinya akulturasi budaya. Stereotip yang ada tentang masyarakat slum area berkaitan dengan mentalitas, dan slum area sendiri digambarkan sebagai bagian dari realitas yang tidak ingin disentuh. / Slum area is one of the real phenomena set aside by mainstream contents, and the number of novels depicting it is very little – therefore there has not been any research that puts slum area depiction in novels into spotlight. This topic becomes very unique and for this reason, this research is conducted to find out how novels represent slum area in one of the novels talking about it, which is Aroma Karsa. This research uses a qualitative approach with a descriptive method, analyzed with a semiotic model by Ferdinand de Saussure. Primary data collection is done through document study, and through other literature study for the secondary data. From the research, it can be concluded that Aroma Karsa represents slum area as a center of acculturation. The stereotypes existing in the society are related to mentality, and slum area is depicted as a part of reality that the society doesn’t want to face.