Bangunan gereja katolik berfungsi sebagai wadah liturgi sehingga harus dapat mendukung umatnya kedalam pengalaman sakral. Manusia terdiri dari tubuh, pikiran, dan roh. Tubuh pada manusia merupakan elemen yang dapat merasakan ruang fisikal. Hasil rangsang ini akan menghasilkan persepsi pikiran dan dapat memberikan dampak pada roh manusia dan dapat membawa seseorang kedalam kondisi spiritual atau rohani. Namun sebuah gereja dapat memberikan kualitas pengalmaan kepada umatnya hanya pada bagian gereja atau elemen arsitektural yang di alami dan membangun perjalanan umatnya. Sehingga dalam mengarahkan umatnya mengalami kondisi sakral, pengalaman atmosfer tersebut memerlukan kriteria yang tepat pada setiap elemen arsitektural agar dapat membawa pengalaman sakral. Kriteria pembentuk atmosfer sakral dapat diciptakan melalui media archetypes element sebagai intelligible experience. Persepsi yang dihasilkan archetypes element adalah persepsi yang menghasilkan kondisi transcending yang merupakan kondisi seseorang focus pada kondisi spiritual dan roh. Dengan ini kriteria elemen arsitektural dapat dihasilkan dalam bentuk kualitas atmosfer yang dimiliki oleh archetypes elements yang memberikan kualitas pengalaman dan persepsi yang tepat pada setiap elemen arsitekturalnya untuk membangun kondisi transcending. Dalam perancangan Gereja Santa Perawan Maria Benteng Gading. Dalam perancangan ini, ruang-ruang yang memberikan pengalaman atsmofer pada umat ketika datang ke dalam bangunan gereja mengimplementasikan archetypes dengan menghadirkan kuatlitas atmosfernya. Dimulai dari akses Batasan lingkungan gereja yang berupa eksterior gate, akses pejalan kaki sebagai eksterior path, objek bangunan gereja sebagai eksterior place, narthex sebagai interior gate, panti umat sebagai interior path, dan panti imam sebagai interior place. Program kebutuhan ruang dan penerapan kualitas atmosfer menciptakan sebuah strategi perancangan Gereja Katolik dengan atmosfer archetypes sakral yang diaplikasikan dalam perancangan Gereja Santa Perawan Maria Benteng Gading./ The building of a Catholic church serves as a liturgical vessel and must be able to support its people in the sacred experience. Humans are made up of body, mind, and spirit. The human body is an element that can sense the physical space. These stimulants produce perceptions of the mind and can affect the human spirit and can bring one into a spiritual or spiritual state. However, a church can provide a quality of communion to its people only on the part of the church or the architectural elements that it creates and builds the journey of its people. In order to direct the people to the sacred condition, the experience of the atmosphere requires the proper criteria of each architectural element in order to bring the sacred experience. The criteria for forming a sacred atmosphere can be created through the media archetypes element as an intelligible experience. The perception produced by archetypes element is the perception that produces a transcending condition which is the condition of a person focusing on spiritual and spiritual conditions. Thus, the criteria of architectural elements can be generated in the form of atmospheric qualities possessed by archetypes elements that provide the right quality of experience and perception of each of their architectural elements to create transcending conditions. In the planning of the Santa Perawan Maria Benteng Gading Chruch. In this design, the spaces that give the people the experience of atsmofer when it comes to church building implement archetypes by bringing out the atmosphere's power. Starting from access Restrictions on the church's exterior gate, pedestrian access as exterior path, church building object as exterior place, narthex as interior gate, parish as interior path, and priest's office as interior place. The need for space and the application of atmospheric quality created a Catholic Church planning strategy with a sacred atmosphere of archetypes applied in the design of the Santa Perawan Maria Benteng Gading Chruch.