Sindrom pramenstruasi merupakan suatu kumpulan gejala fisik dan psikis yang dialami kebanyakan wanita kurang lebih seminggu sebelum menstruasi. Gangguan�gangguan ini tentu dapat mempengaruhi bagaimana suasana hati dan psikis penderitanya walaupun tingkat keparahan gejala-gejala yang dialami beragam, dan setiap wanita memiliki caranya masing-masing dalam menghadapinya. Metode regulasi emosi yang dipilih selama masa premenstruasi ini dapat mempengaruhi keadaan umum penderitanya. Pemilihan metode regulasi emosi yang tepat akan membawa dampak positif dalam pengalaman masa premenstruasi, dan metode regulasi yang salah dapat membuat pengalaman premenstruasi kurang nyaman bagi penderitanya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya hubungan sindrom pramenstruasi terhadap regulasi emosi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan. Penelitian ini menggunakan studi analitik cross-sectional dengan jumlah sampel sebanyak 124 orang dari bulan Januari hingga April 2020. Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner dan akan dianalisa menggunakan uji statistik chi-square dengan SPSS ver. 25. Terdapat 124 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan dianalisa. Didapatkan 89.1% mahasiswi penderita sindrom pramenstruasi ringan-sedang dengan regulasi emosi cognitive reappraisal dan 10.9% diantaranya dengan regulasi emosi expressive suppression. Sebanyak 65.2% mahasiswi penderita sindrom pramenstruasi berat�sangat berat menggunakan regulasi emosi cognitive reappraisal dan 34.8% lainnya dengan regulasi emosi expressive suppression. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sindrom pramenstruasi dengan regulasi emosi / Premenstrual syndrome is a collection of physical and psychological symptoms experienced by most women approximately a week before menstruation. These disorders can certainly affect the mood and psychological well-being of the sufferers eventhough the severity of the symptoms may vary, and each woman has their own way of dealing with it. The emotional regulation method chosen during this premenstrual period can affect the general condition of the sufferer. Choosing the right emotional regulation method will have a positive impact on the premenstrual experience, and choosing the wrong regulation method can make the premenstrual experience less comfortable. This research will be done to know the correlation of premenstrual syndrome to emotional regulation in medical students of Pelita Harapan University. This study is a cross-sectional study that involve 124 samples from time span between January and April of 2020. Datas were obtained from questionnaire and the results were analised using chi-square and SPSS ver. 25. 124 samples were included for analysis in this research. There were 89.1% students with mild-moderate premenstrual syndrome using cognitive reappraisal as their emotional regulation and 10.9% of them use expressive suppression. A total of 65.2% of students with severe-very severe premenstrual syndrome use cognitive reappraisal as their emotional regulation and 34.8% of them use expressive suppression. Statistical report shows there is a significant correlation between premenstrual syndrome and emotional regulation.