Literacy hasn‟t being fully grasp in indonesia as an integrated culture in daily life. To increase a reading society in a country with less than 10% interest in literacy, become un denying issue. Until then came small literacy communities, one of which is „Lemari Buku Buku', that changed the literacy issue into a social movement admist the society for literacy. This research will be focusing on emancipatory that LBB brings into people and the effectiveness of social media as the best mediator for spreading news. The emancipatory that LBB bring, comes from the knowledge injustice that are felt by minorities. Therefore LBB are currently trying to end illiterate by using social media to share all of their activities regularly, make it easy for volunteers to come and donate. This research will be using critics approach that explains the importance of observation in finding the best solution end this literacy issue. The result of this research shows that LBB need factors to build participate and process and the last output concepts basic foundation. Critics and suggestion are welcomed in order to create bigger awareness that literacy changes are desperately needed in Indonesia. / Literasi belum sepenuhnya diyakini sebagai suatu budaya di Indonesia yang beriringan dengan kehidupan sehari-hari. Menumbuhkan masyarakat untuk gemar membaca serta minat baca di Indonesia masih sangat rendah, hanya satu sedikit penduduk yang meminati budaya literasi, membentuk isu literasi menjadi fenomena yang tidak teratasi. Hingga hadirnya komunitas baca Indonesia, salah satunya Lemari BukuBuku, membawa isu literasi menjadi gerakan sosial di tengah maraknya ketidakperdulian masyarakat terhadap literasi. Dalam penelitian ini, peneliti fokus kepada partisipasi yang dibawa oleh Lemari Buku-Buku guna memberikan terobosan baru untuk menumbuhkan minat baca ke dalam masyarakat dan media sosial sebagai mediasi terbaik dalam penyebaran berita. Emansipasi, berangkat dari rasa ketidakadilan dalam pengetahuan yang hanya dapat di nikmati oleh kelas-kelas yang memiliki dominasi, sehingga Lemari Buku-Buku mencoba mengkritisi isu literasi dengan berpartisipasi membuka langkah guna menumbuhkan minat membaca. Kehadiran teknologi tidak serta merta menghalangi Lemari Buku-Buku untuk memberikan informasi kegiatan secara rutin, hingga mempermudah para relawan serta donatur datang untuk berdonasi. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis yang menjelaskan pentingnya pengamatan dan kritik dalam menemukan langkah terbaik untuk literasi Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lemari Buku-Buku berpartisipasi dengan melewati faktor pendorong, proses serta output yang dicapai. Saran dari penelitian selanjutnya agar dapat melihat lebih tajam lagi bahwa tidak hanya pengaruh komunitas apabila menginginkan perubahan literasi Indonesia.