Post World War II, a large number of countries agreed to establish a fundamental economic vision, to support an increasingly free trade system in goods and services, supported by international institutions; letting the capital, the company, and at the lower level, individuals freely cross the border; and encourage the high spread of data and technology. As trade grows, global living standards are rising dramatically, and hundreds of millions of people can get out of poverty. But today, every aspect of the global economy is in risk. Counterattacks against free trade and unlimited cross-border movement of capital are increasing and gaining momentum. Free flow of information clashed with increasing the exclamation for privacy rights, protection of intellectual property rights, and increased security in cyberspace. Across the developed world, sentiment has turned against immigration, especially as the wave of Middle East’s refugees has flooded on Europe. This research takes a case study of Trump’s Protectionist Policy in the United State. Economic is not an independent variabel but influenced also by other factors such as; political, social and cultural rights, therefore it is interesting to analyze the causes of this protectionist policy, to be explain what the Trump’s Protectionist Policy, and to be examined in a qualitative research methodology with a case study approach. To see more deeply and comprehensively the case study, researchers will describe what happened to the United State starting with Donald Trump's political campaign until his winning in the Presidential Election and became the 45th President of the United State with his slogan "America First" and "Make America Great Again". That the United State featured by Donald John Trump, denounced free trade and withdrew the United State from international cooperation such as, TPP. Also on several occasions Trump declared a one on one relationship, through bilateral cooperation. But the main purpose of the Trump’s Protectionist Policy, is not to close the United State from international trade cooperation. Rather as a form of Trump’s "protest" to unfairness caused by unbalanced free trade and tovi "defense" the United State domestic industry that had been sinkring by the flood of imported products. / Pasca Perang Dunia II, sejumlah besar negara bersepakat membangun visi ekonomi mendasar, yaitu mendukung sistem perdagangan barang dan jasa yang semakin terbuka, didukung oleh institusi-institusi internasional; membiarkan modal, perusahaan, dan pada tingkat terkecil, individu-individu bebas melintasi perbatasan; dan mendorong tingginya penyebaran data dan teknologi. Seiring berkembangnya perdagangan, standar kehidupan global meningkat secara dramatis, dan ratusan juta orang dapat keluar dari kemiskinan. Namun saat ini, setiap aspek ekonomi global ini sedang dalam guncangan. Serangan balasan melawan perdagangan bebas dan pergerakan modal lintas batas yang tidak terbatas semakin meningkat dan mendapatkan momentumnya. Informasi yang mengalir bebas berbenturan dengan meningkatnya seruan untuk hak privasi, perlindungan hak kekayaan intelektual, dan peningkatan keamanan di dunia maya. Di seluruh negara maju, sentimen telah berbalik melawan imigrasi, terutama karena gelombang pengungsi Timur Tengah telah membanjiri Eropa. Penelitian ini mengambil studi kasus Kebijakan Proteksionis Trump di Amerika Serikat. Bahwa ekonomi dalam suatu negara tidaklah berdiri sendiri tetapi dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti; politik, sosial dan budaya, karenanya menjadi menarik untuk menganalisis penyebab dari timbulnya kebijakan proteksionis ini, akan diteliti dalam metodologi penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Untuk melihat lebih dalam dan komprehensif kepada studi kasus peneliti akan mendeskripsikan apa yang terjadi dengan Amerika Serikat dimulai dengan kampanye politik Donald Trump hingga kemenangannya menjadi Presiden ke 45 Amerika Serikat dengan slogannya “America First” dan “Make America Great Again”. Bahwa Amerika Serikat yang ditampilkan oleh Donald John Trump, mengecam perdagangan bebas dan menarik Amerika Serikat dari kerja sama Internasional seperti, TPP. Juga dalam beberapa kesempatan Trump menyatakan memilih hubungan one on one, melalui kerja sama bilateral. Tetapi tujuan utama dari Kebijakan Proteksionis Trump, bukanlah untuk menutup Amerika Serikat dari kerja sama perdagangan Internasional. Melainkan sebagai bentuk “protes”iv Trump kepada ketidakadilan yang terjadi karena perdagangan bebas yang tidak seimbang dan “pembelaan” kepada industri dalam negeri Amerika Serikat yang selama ini tersingkirkan akibat membanjirnya produk-produk impor.