The movement for the protection of worker rights can be attributed to the late 20th century with the rise and increasing importance of Multinational Corporations (MNCs). During those periods, we saw an increase in worker rights abuses that continues until today and, consequently, the rise of human rights related activism. Even with the many numbers of international human rights frameworks and nongovernmental organizations aiming to eradicating labor abuses, it seems that it has been ineffective. This thesis contributes to the new method of worker rights protection which works in two ways, that is by changing the perspective towards workers as human assets instead of human resources, and by appealing to the financial benefits of doing so with the analysis on the financial performance of Adidas in 2012 and 2019. This research will be answering the question of how does MNCs typically protect their worker’s rights, how does Adidas themselves protect their workers in two different time periods, and how does the analysis of Adidas ties into the argument of workers as assets instead of resources. It applies the theory of Liberalism within the context of International Relations and the concepts of multinational corporations, human rights, and egoistic and or altruism. This thesis will be using a qualitative approach with historical-comparison research method. This thesis shows that there is severe mismanagement in the way MNCs protect their workers and it includes MNCs within the apparel industry, particularly Adidas. However, Adidas was able to better their worker protection policies and the benefits of doing so manifested in the better financial performance that Adidas experienced in 2019 compared to their financial performance in 2012. The betterment of their financial performance could then be attributed as the impact of Adidas viewing their workers as assets instead of resources. / Gerakan untuk perlindungan hak-hak pekerja dapat dikaitkan dengan bangkitnya dan meningkatnya kepentingan Korporasi Multinasional (MNCs) di akhir abad ke20. Pada masa tersebut, kita melihat meningkatnya pelanggaran hak-hak pekerja yang masih berlanjut sampai saat ini dan meningkatnya aktivisme yang terkait hak asasi manusia. Bahkan dengan banyaknya kerangka perlindungan hak asasi manusia internasional dan organisasi non pemerintah, upaya perlindungan tersebut terlihat tidak-lah efektif. Penelitian ini akan memperlihatkan dua metode baru dalam perlindungan hak-hak pekerja, yaitu dengan merubah pandangan terhadap pekerja sebagai assets dan bukan resources, dan dengan memperlihatkannya dengan menganalisis keuntungannya terhadap kinerja keuangan Adidas pada tahun 2012 dan 2019. Penelitian ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan bagaimana korporasi multinastional biasanya melindungi hak pekerja, bagaimana Adidas melindungi hak pekerja mereka pada dua tahun yang berbeda, dan bagaimana analisis terhadap Adidas tersebut mengikat kepada argument pekerja sebagai assets dan bukan resources. Penelitian ini akan menggunakan teori Liberalisme dalam studi Hubungan Internasional dan konsep-konsep seperti korporasi multinasional, hak asasi manusia, dan egoisme dan altruisme. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode perbandingan sejarah. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kesalahan yang besar dalam cara perlindungan pekerja di dalam korporasi multinasional yang juga termasuk industri pakaian, terutama Adidas. Akan tetapi, Adidas mampu memperbaiki kebijakan mereka terhadap perlindungan pekerja dan sebagai akibatnya, Adidas mengalami kinerja keuangan yang lebih baik di tahun 2019 jika dibandingkan dengan kinerja keuangan mereka di tahun 2012. Membaiknya kinerja keuangan tersebut bisa dikaitkan sebagai dampak dari Adidas memperlakukan pekerja mereka sebagai assets dan bukan resources.