Indonesia 2019 presidential and vice presidential election has been held, the people's choice is incumbent presidential candidate Joko Widodo along with the non-active MUI chairman, Ma'ruf Amin, and opposition party candidate Prabowo Subianto along with former DKI Jakarta deputy governor Sandiaga Salahuddin Uno. The 2019 election is a re-match between Joko Widodo and Prabowo Subianto, after the 2014 elections, won by Joko Widodo and Jusuf Kalla. In each election all candidates are given the opportunity to carry out campaigns to deliver work programs and future vision and mission. In order to deliver the program, the General Election Commission (KPU) provides opportunities for both pairs of candidates to participate in public debates, and broadcast nationally, so that the two pairs of candidates can deliver their programs, and can criticize their political opponents in 2019 president and vice presidential contest . This study uses a qualitative approach using Charles Sanders Pierce's semiotic analysis, then the interpretation results are linked using Political Marketing 4Ps. Primary data collection, namely doing video transcripts, one debate, 2019 presidential and vice presidential elections, the themes of Law, Human Rights, Corruption, and Terrorism. As well as secondary data in the form of library studies and documentation. The results showed that the two pairs of 2019 presidential and vice presidential candidates, used political discourse in the fields of Law, Human Rights, Corruption, and Terrorism to deliver programs plan and policies in the economic field, if elected as president and vice president of the 2019-2024 period. The two candidates focus on delivering political products and program promotions. All of these to get the attention of prospective voters and get a lot of votes on election day. / Pemilu presiden dan wakil presiden Indonesia 2019 sudah dilaksanakan, pilihan masyarakat adalah calon presiden petahana Joko Widodo bersama ketua MUI non aktif, Ma’ruf Amin, dan calon dari partai oposisi, Prabowo Subianto Bersama mantan wakil gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Salahuddin Uno. Pemilu 2019 adalah re-match antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto, setelah di pemilu tahun 2014, dimenangkan oleh Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Dalam setiap pemilu semua calon diberikan kesempatan melakukan kampanye untuk menyampaikan program kerja serta visi misi kedepan. Dalam rangka penyampaian program, Komisi Pemilihan Umum (KPU), memberikan kesempatan kepada kedua pasang calon untuk mengikuti debat publik, dan disiarkan secara nasional, agar kedua pasang calon dapat menyampaikan programnya, serta dapat mengkritisi program lawan politiknya dalam kontestasi pemilu presiden dan wakil presiden 2019. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis semiotik Charles Sanders Pierce, kemudian hasil intepretasi di hubungkan dengan menggunakan Political Marketing 4P’s. Pengumpulan data primer, yaitu melakukan transkrip video, debat satu, pemilu presiden dan wakil presiden 2019, tema Hukum, Hak Asasi Manusia (HAM), Korupsi, dan Terorisme. Serta data sekunder berupa studi kepustakaan dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua pasang calon presiden dan wakil presiden pemilu 2019, menggunakan wacana politik bidang Hukum, Hak Asasi Manusia (HAM), Korupsi, dan Terorisme untuk menyampaikan program kerja serta kebijakan di bidang ekonomi jika terpilih menjadi presiden dan wakil presiden periode 2019-2024. Kedua pasang calon fokus terhadap penyampaian produk politik serta promosi program. Hal ini dilakukan untuk dapat mendapatkan perhatian dari calon pemilih dan mendapatkan banyak suara di hari pemilihan.