Menciptakan sebuah lagu yang orisinil dan memiliki kompleksitas tinggi tidak datang begitu saja, hal itu menuntut kerja keras dan kreativitas penciptanya. Itulah alasan mengapa pencipta berhak memperoleh manfaat ekonomi dan reputasi yang baik atas karyanya, sehingga haknya untuk memperoleh manfaat ekonomi dan reputasinya dijamin berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Namun, banyak pengarang yang terlena dalam jalur cepat yaitu plagiarisme lagu demi menciptakan sebuah lagu, sehingga manfaat yang terkandung dapat diperoleh secepat mungkin. Pertanyaan muncul ketika terjadi plagiarisme lagu, apakah ketentuan Undang-Undang Hak Cipta Indonesia cukup untuk melindungi hak eksklusif pencipta. Mengingat fakta bahwa lagu adalah ciptaan yang secara relatif sulit diteliti bagi orang awam dan bahwa plagiarisme lagu tidak begitu mudah ditentukan, maka diperlukan standar yang komprehensif mengenai plagiarisme lagu seperti yang diterapkan di Amerika Serikat. Studi banding ini menggunakan metode normatif-empiris dengan mempelajari Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan Undang-Undang Hak Cipta Amerika Serikat tahun 1976 serta implementasi dari ketentuan yang terkandung. Data sekunder berupa peraturan perundang-undangan, buku ilmiah, jurnal, dan bahan non-hukum seperti kamus yang diperoleh dari studi pustaka didukung dengan data primer yang diperoleh dari wawancara ahli langsung digunakan untuk penelitian ini. Data kualitatif ini kemudian dianalisis menggunakan teori-teori yang paling relevan. / Producing an intricate piece of song does not come from nowhere, it demands the author's hard work and creativity. Such is the reason why the author has the right to gain economic benefit and a good reputation for their work, to a point that their right to have economic benefits and reputations are guaranteed under the provision from Law Number 28 of 2014 concerning Copyright. However, many authors are going astray in the fast track of song plagiarism in order to create an intricate piece of song so that the benefits entail could be obtained as quickly as possible. Questions arise when a song plagiarism occurs, does the provisions from the Indonesian Copyright Law sufficient enough to protect the author's exclusive right. Given the fact that song is a relatively least tangible creation for laymen and that song plagiarism is not so straightforward to determine, there would be a need for a comprehensive standard concerning song plagiarism such as ones that are applied in the United States aside from the framework-based provision concerning song plagiarism in the Indonesian Copyright Law. This comparative study uses the normative-empirical method by studying Law Number 28 of 2014 concerning Copyright and the United States Copyright Act of 1976 and the implementation of the provision contained. Secondary data such as rules and regulations, scientific books, journals, and non-legal materials such as dictionary obtained from literature study supported with primary data obtained from a direct expert interview is used for this research. These qualitative data are then analyzed using relevant theories.