This study aims to examine the influence of liquidity on tax aggressiveness in manufacturing sector companies in the consumer goods subsector listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) during the 2019-2023 period. The research sample consisted of 50 companies selected through a purposive sampling method, with a total of 250 observations. Secondary data used were obtained from the company's annual report and analyzed using multiple linear regression with the help of IBM SPSS version 25 software. Based on the results of the study, it was found that liquidity, as measured by the current ratio, did not have a significant effect on tax aggressiveness, as measured by the effective tax rate. This finding indicates that the company's liquidity condition does not affect the company's tendency to engage in tax aggressiveness. The implication of this study is that the liquidity factor may not be used as the main indicator to determine the tax aggressiveness strategy in manufacturing companies, so further research needs to be conducted by considering other factors that may be more influential. / Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh likuiditas terhadap agresivitas pajak pada perusahaan sektor manufaktur di subsektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2019-2023. Sampel penelitian terdiri dari 50 perusahaan yang dipilih melalui metode purposive sampling, dengan total 250 observasi. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari laporan tahunan perusahaan dan dianalisis menggunakan regresi linier berganda dengan bantuan perangkat lunak IBM SPSS versi 25. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa likuiditas, yang diukur dengan rasio lancar (Current Ratio), tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak, yang diukur dengan tingkat pajak efektif (Effective Tax Rate). Temuan ini menunjukkan bahwa kondisi likuiditas perusahaan tidak mempengaruhi tingkat kecenderungan perusahaan dalam melakukan agresivitas pajak. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa faktor likuiditas mungkin tidak dapat digunakan sebagai indikator utama untuk menentukan strategi agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur, sehingga penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan mempertimbangkan faktorfaktor lain yang mungkin lebih berpengaruh.